Tidak ku duga...
Engkau kian menghampiri saat kepulanganmu
Sedang aku baru mulai menghitung ibadah
Rupanya terlalu tipis ibadah yang ku gubah
Saat ini baru ku sedari kenikmatanmu
Saat ini baru ku sedari keindahanmu
Duhai Ramadhan...
Ku akui imanku terlalu halus umpama zarah-zarah yang berterbangan
Ku tahu kedatanganmu terlalu pantas seumpama sambaran kilat
Namun ku tetap terus leka dengan mainan khayalan benakku
Tanpa memikirkan untuk mengatur cara mendakapmu seeratnya
Aku lupa denganmu aku bisa melawan amarah yang menyinga
Daripadamu juga berusaha mendidik rembatan nafsu bisuku
Dan daripadamu juga aku mengenal kondisi diriku yang sebenarnya
Kini baru aku mulai bersungguh menggapaimu
PadaNya ku sujud meratib memohon berjuta keampunan
Atas segala titik dosa yang pernah ku pahatkan padaNya
Air mataku lencun membasahi hamparan sujudku
Mangalir deras menyucikan lorong-lorong kelam dosa
Menyuburkan kebun hati yang tandus baja ketenanganNya
Mutiara jernih itu amat bernilai maharnya bagiku
Kerana ia penawar utama buat sanubari ini
Aku bersyukur di kelewatan keinsafan ini
Engkau suntikkan sinar cahaya kesedaran
Akan ku berusaha meraih fasa ketiga yang Engkau titipkan
Setelah fasa pertama dan kedua yang telah ku abaikan
Ya Allah...
Berilah daku peluang untukku mengkoreksi diri
Walau ku tahu RamadanMu akan berlalu pergi
Berilah ruang dan peluang ku mengecap sekelumit berkat darinya
Aku juga hambaMu yang amat mendambakan malam Al-Qadr
Temukanlah aku dengannya agar ianya bakal menjadi bekal bagiku nanti
Ya Ilahi...
Akan ku pelihara air mata Ramadan ini hingga ke akhirnya
Takkan ku biarkan air mata ini menitis untuk perkara yang sia-sia
Titipkanlah walau secangkir cuma belas EhsanMu kepadaku
Agar ku bisa mewarnai kehidupanku dengan keimanan padaMu
Agar ku bisa pulang dengan penuh rasa kehambaan padaMU
-Allahumma innaka a'fuwwun karim tuhibbul a'fwa fa'fuanni-
Tiada ulasan:
Catat Ulasan