SEBELUM ini kita telah berbicara pasal setiap manusia perlu memiliki cermin bernyawa atau cermin hidup yang boleh menjadi jurunasihatnya dalam semua hal.
Kali ini, kita nak tegok ciri-ciri yang perlu ada hingga melayakkan seorang itu dianggap mentor atau cermin bernyawa bagi kita - tempat kita merujuk, meminta nasihat dan yang paling pentingtempat kita menyemak siapa kita di mata orang lain.
Orang itu mestilah seorang yang tidak begitu rapat dengan kita. Dia bukan kawan karib, dia bukan kawan sembang, bahkan dia belum pernah minum-minum dengan kita di warung-warung, tapi kita kenal dia dan dia kenal kita. Istilah sekarang kenal gitu-gitu.
Kenal gitu-gitu ialah kenal yang tak sampai meninggalkan rasa mesra. Mungkin kita pernah berbual-bual dengan dia tapi perbualan kita tak melalut hingga percakapan yang bukan-bukan.
Orang itu layak menjadi mentor kita, atau layak menjadi cermin bernyawa kepada kita. Kita boleh mendapatkan nasihat daripadanya dan tanya apa pendapat dia tentang kita. InsyaAllah, orang seperti ini akan menjelaskannya dengan jujur. Sebab apa? Sebab dia tak ada apa-apa kepentingan dengan kita. Kita pun bukan rapat sangat dengan dia hingga boleh diistilahkan sebagai karib atau akrab. Sekadar kenal, maka pendapat yang diberikan kepada kita adalah pendapat yang jujur, benar dan ikhlas.
Sewaktu hendak bertanya atau mengambil seseorang untuk menjadi mentor atau cermin bernyawa kita, mestilah bukan di restoran atau warung kopi. Kalau kita sembang sambil minum, kita pula yang bayar minuman itu, ada kemungkinan orang ini akan berasa segan dan serba salah dengan kita untuk mengatakan pendapatnya yang sebenar tentang kita lantaran kita yang ajak minum dan bakal membayar harga minuman.
Jadi, kesimpulannya mentor atau cermin bernyawa untuk menyuluh hidup kita mestilah:
Kali ini, kita nak tegok ciri-ciri yang perlu ada hingga melayakkan seorang itu dianggap mentor atau cermin bernyawa bagi kita - tempat kita merujuk, meminta nasihat dan yang paling pentingtempat kita menyemak siapa kita di mata orang lain.
Orang itu mestilah seorang yang tidak begitu rapat dengan kita. Dia bukan kawan karib, dia bukan kawan sembang, bahkan dia belum pernah minum-minum dengan kita di warung-warung, tapi kita kenal dia dan dia kenal kita. Istilah sekarang kenal gitu-gitu.
Kenal gitu-gitu ialah kenal yang tak sampai meninggalkan rasa mesra. Mungkin kita pernah berbual-bual dengan dia tapi perbualan kita tak melalut hingga percakapan yang bukan-bukan.
Orang itu layak menjadi mentor kita, atau layak menjadi cermin bernyawa kepada kita. Kita boleh mendapatkan nasihat daripadanya dan tanya apa pendapat dia tentang kita. InsyaAllah, orang seperti ini akan menjelaskannya dengan jujur. Sebab apa? Sebab dia tak ada apa-apa kepentingan dengan kita. Kita pun bukan rapat sangat dengan dia hingga boleh diistilahkan sebagai karib atau akrab. Sekadar kenal, maka pendapat yang diberikan kepada kita adalah pendapat yang jujur, benar dan ikhlas.
Sewaktu hendak bertanya atau mengambil seseorang untuk menjadi mentor atau cermin bernyawa kita, mestilah bukan di restoran atau warung kopi. Kalau kita sembang sambil minum, kita pula yang bayar minuman itu, ada kemungkinan orang ini akan berasa segan dan serba salah dengan kita untuk mengatakan pendapatnya yang sebenar tentang kita lantaran kita yang ajak minum dan bakal membayar harga minuman.
Jadi, kesimpulannya mentor atau cermin bernyawa untuk menyuluh hidup kita mestilah:
- Bukan rakan akrabm tapi sekadar kenal
- Belum pernah menjadi rakan sembang
- Terpacar ciri-ciri keikhlasan di wajahnya
- Perwatakannya lunak dan disenangi oleh kebanyakan orang.
- Kaki surau dan masjid
Kelihatannya agak sulit untuk mencari orang seperti itu. Ambillah masa untuk mencarinya, kerana sekali anda mendapatnya, anda ibarat menemui sebutir mutiara di padang pasir luas.
Cuba renungkan kata-kata ini, "Tujuan memperbaiki akhlak ialah untuk membersihkan kalbu dari kotoran-kotoran hawa nafsu dan amarah hingga jernih bagaikan cermin yang dapat menerima cahaya dari ALLAH."
Tiada ulasan:
Catat Ulasan